Jenis-jenis Manusia Prasejarah di Indonesia


Penulis: Waluyo, Suwardi, Agung Feryanto, dan Tri Haryanto
Untuk: SMP Kelas 7 Pejaran Sejarah
Bab: Lingkungan Kehidupan Manusia



Sejarah kehadiran manusia generasi pertama yang ada di
Indonesia, menarik perhatian para ahli sejarah, antropologi, dan
arkeologi. Mengapa? Kepulauan Indonesia ternyata merupakan salah
satu tempat di dunia yang dihuni oleh manusia purba. Perlu kamu
ketahui bahwa di dunia ini lokasi yang diduga pernah menjadi tempat
tinggal manusia purba, tidak lebih dari sepuluh buah. Oleh karena
itu, tidak aneh apabila para peneliti dunia banyak yang berdatangan
ke Indonesia untuk meneliti asal usul manusia.

Salah satu hal yang sangat mendukung pengungkapan misteri
manusia Indonesia pada masa awal adalah ditemukannya beragam
fosil. Fosil adalah sisa tulang belulang binatang atau sisa tumbuhan
zaman purba yang telah membatu dan tertanam di bawah lapisan
tanah. Fosil manusia pertama kali ditemukan di daerah Trinil, Ngawi,
Jawa Timur pada tahun 1890-an. Peneliti yang menemukan adalah
Eugene Dubois. Fosil itu meliputi tengkorak atas, rahang bawah, dan
sebuah tulang paha. Dari hasil reka ulang, fosil ini kemudian diberi
nama Pithecanthropus erectus yang berarti manusia kera yang berjalan
tegak. Mungkinkah fosil ini sebagai nenek moyang bangsa Indonesia?
Tidak ada yang bisa menjawabnya secara pasti karena keterbatasan
sumber-sumber sejarah. Apalagi di berbagai daerah di Indonesia juga
ditemukan beragam fosil dengan ciri-ciri dan usia yang berbeda.

Jenis manusia purba yang berhasil ditemukan di Indonesia bisa
diklasifikasikan seperti terlihat pada tabel.
Penemuan fosil manusia purba di Indonesia yang paling fenomenal
adalah tahun 2003. Penemuan ini menimbulkan perdebatan di kalangan
para ahli karena pendapat dua ahli dari Australia yang menyebutkan bahwa
Homo floresiensis adalah nenek moyang manusia Indonesia. Padahal,
menurut para ahli Indonesia fosil itu adalah termasuk jenis Homo erectus
yang menjadi kerdil karena terisolasi di suatu daerah. Dari berbagai temuan
fosil tersebut, para ahli menyimpulkan bahwa manusia yang hidup di alam
Indonesia diperkirakan berasal dari zaman pleistosen awal kira-kira
1,9 juta tahun yang lalu.

Manusia yang hidup pada zaman itu sangat bergantung pada kondisi
alam. Artinya, sebagian besar kebutuhan hidupnya dipenuhi secara langsung
dari lingkungan sekitarnya. Secara bertahap mereka mulai menggunakan
beragam peralatan dari batu untuk membantu mengatasi kesulitan hidupnya.
Peralatan inilah yang kemudian ditinggalkan sehingga menjadi fosil
dan sangat membantu para ahli untuk membuka misteri kehidupan mereka.

Dari beragam penemuan fosil manusia purba di Indonesia, para ahli berhasil
menduga sistem kehidupan yang mereka jalani. Bagaimana mungkin
para ahli itu bisa menceritakan kembali kehidupan manusia yang pernah
hidup pada jutaan tahun yang lampau? Ada beberapa cara yang mereka
tempuh untuk bisa mengungkapkan kehidupan manusia purba.

a. Meneliti Peralatan yang Pernah Dipakai
Kehidupan manusia purba bisa diteliti dari berbagai bentuk
peralatan yang diduga pernah mereka pakai. Sebagaian besar peralatan
itu digunakan untuk membuat perapian, memotong hewan buruan,
dan membuat peralatan yang lain. Peralatan yang ditemukan pada
zaman pleistosen awal antara lain berupa kapak penetak dan alat-alat
serpih. Bahkan, di berbagai tempat juga ditemukan peralatan yang
dibuat dari tulang. Peralatan yang terbuat dari tulang ini biasanya
digunakan untuk mencukil tanah.

Kesimpulan sementara yang dihasilkan oleh peneliti bahwa
kehidupan manusia purba pada masa awal masih sangat sederhana.
Mereka belum menetap di suatu tempat. Mereka hidup dalam
kelompok-kelompok kecil dan bermata pencaharian berburu serta
mengumpulkan bahan makanan.

b. Meneliti Sisa-Sisa Fosil Makanan
Di tempat-tempat yang diduga pernah digunakan sebagai tempat
tinggal manusia purba, biasanya ditemukan beragam fosil yang berkaitan
dengan pola konsumsi manusia purba. Misalnya seperti yang
terdapat di dalam Gua Liang Bua di Flores, Nusa Tenggara Timur.
Beragam fosil gajah dan kerbau purba bisa dijadikan petunjuk bahwa
manusia purba sudah mengenal model berburu binatang untuk mencukupi
kebutuhan hidupnya.

Model yang lain ditemukan di dalam sebuah gua di
kawasan Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Di situ
ditemukan sisa-sisa perapian yang diduga pernah digunakan
untuk mengolah dan memasak hewan-hewan buruan.

Dengan mengetahui usia fosil dan tanah tempat mereka
tinggal, kita bisa memperkirakan sejak kapan manusia Indonesia
hidup dan tinggal di atasnya. Akan tetapi, kita juga perlu
mengetahui manusia-manusia purba yang tinggal di luar
Indonesia. Bisakah kamu mendiskusikan bersama temanmu?

Kehidupan Masa Prasejarah di Indonesia


Penulis: Waluyo, Suwardi, Agung Feryanto, dan Tri Haryanto
Untuk: SMP Kelas 7 Pejaran Sejarah
Bab: Lingkungan Kehidupan Manusia

Praaksara atau prasejarah merupakan suatu kurun waktu yang
terpanjang dalam sejarah umat manusia, yaitu sejak hadirnya manusia di
bumi hingga ditemukannya pengetahuan tentang tulisan atau aksara yang
menandai era sejarah. Penelitian di bidang prasejarah berupaya menjelaskan
kehidupan manusia purba melalui peninggalan-peninggalan mereka.
Peninggalan tersebut meliputi sisa-sisa tulang belulang manusia maupun
benda-benda (artefak) yang pernah dibuat, dipakai, atau dibuang oleh
mereka. Benda-benda alam seperti tulang hewan (ekofak), cangkang kerang,
atau arang sisa pembakaran juga dipelajari untuk mengetahui bentuk
interaksi antara manusia purba dengan alam sekitarnya.

Periode pertama dalam masa prasejarah adalah saat mereka
baru bisa mengumpulkan makanan. Disebut demikian, karena
manusia pada masa itu (sekitar satu juta tahun yang lampau) belum
tinggal menetap masih mengembara dari satu tempat ke tempat
lain tanpa tujuan. Dalam pengembaraan dari satu wilayah ke
wilayah lain itu mereka berburu dan mengumpulkan makanan yang
disediakan alam untuk memenuhi kebutuhannya, seperti
mengumpulkan buah-buahan dan umbi-umbian. Peralatan yang
digunakan adalah peralatan dari batu yang disebut kapak genggam.

Periode berikutnya adalah mengumpulkan makanan tingkat
lanjut yang dimulai pada akhir zaman es sekitar 10.000 tahun yang
lampau. Dari masa ini ditemukan berbagai artefak dari
permukiman-permukiman yang berdiri di sepanjang pantai kuno
di Selat Malaka dan gua-gua yang tersebar di Sumatra, Jawa,
Sulawesi, Flores, dan Timor. Penduduk di permukimanpermukiman
tepi pantai makan dan membuang cangkang kerang
di dekat tempat tinggalnya hingga membukit. Bukit kerang yang
memfosil inilah yang disebut kyokkenmodinger atau ’sampah
dapur’. Peralatan sehari-hari yang digunakan adalah yang disebut
”kapak sumatra” atau sumatralith.

Mulai 1500 SM di Indonesia berlangsung masa bercocok tanam.
Sebagian besar manusia yang hidup pada masa ini ras Paleo-Mongoloid
atau Mongoloid. Mereka tinggal menetap di sebuah perkampungan dengan
cara hidup bertani (bercocok tanam). Indonesia mengenal dua jenis peralatan
neolitik, yaitu beliung yang persebarannya di bagian barat kepulauan dan
kapak lonjong di bagian timur.

Selanjutnya masa perundagian di Indonesia dimulai beberapa abad
sebelum Masehi. Manusia memiliki kepandaian dalam hal melebur perunggu
dan juga dapat membuat benda-benda dari besi. Teknik yang dikenal di
Indonesia ini berasal dari budaya Dong Son di Tonkin (Vietnam). Kapakkapak
perunggu yang dibuat di Indonesia terdiri atas berbagai bentuk dan
ukuran. Beberapa bentuk yang menarik adalah kapak ‘candrasa’ yang
ditemukan di Jawa, dan kapak-kapak upacara lain dari Pulau Bali dan Roti.
Artefak yang paling menarik dari masa ini adalah genderang perunggu yang
amat besar, disebut ”nekara”. Akan tetapi, ada genderang moko yang
bentuknya tinggi dan ramping yang tentunya dibuat di Indonesia karena
ada sisa-sisa cetakan perunggu yang telah ditemukan di Bali. Nekara-nekara
ini digunakan sebagai genderang perang dan keperluan upacara keagamaan.

Prasejarah bisa diartikan sebagai bagian ilmu sejarah tentang zaman
ketika manusia hidup dalam kebudayaan yang belum mengenal tulisan.
Yang menjadi objek dari ilmu ini adalah beragam bentuk peninggalan yang
diduga pernah dipakai oleh manusia pada masa itu. Permasalahannya,
mengapa tulisan dijadikan pembatas dari sebuah zaman? Pembelajaran
berikut akan mencoba mendeskripsikannya.

Bumi Telah Tua?


Semakin lama Bumi tidak bisa menjadi tempat
yang nyaman untuk tempat tinggal manusia.
Serangkaian bencana alam yang terjadi di hampir semua permukaan Bumi pun menjadi pertanda betapa sudah tua usia Bumi ini. Para ahli menduga bahwa manusialah yang menjadi pemicu dan penyebab serangkaian bencana itu. Eksplorasi besarbesaran terhadap Bumi untuk memenuhi kebutuhan manusia tanpa mempertimbangkan kelanjutannya,
jelas menjadi penyebab utama kerusakan Bumi.

Fenomena perubahan iklim yang terjadi akhirakhir ini menjadi bukti betapa parah kerusakan yang terjadi di muka Bumi. Perubahan iklim terjadi karena pemanasan global yang ditandai meningkatnya suhu
Bumi karena dampak dari kegiatan manusia. Hutan digunduli secara membabi buta, industrialisasi berjalan tanpa mempertimbangkan keseimbangan alam, polusi dari dunia transportasi tidak terkendali,
kebakaran hutan yang terjadi setiap tahun, dan penggunaan elektronik secara besar-besaran adalah beberapa penyebab terjadinya efek rumah kaca. Selubung misterius itulah yang menutupi Bumi dari radiasi sinar matahari sehingga suhu Bumi meningkat
secara tajam. Fenomena inilah yang menyebabkan serangkaian terjadinya bencana alam.
Kita tidak bisa membayangkan yang akan terjadi apabila bongkahan es di Kutub Selatan terus meleleh. Pesisir pantai akan tersapu gelombang air laut dan garis pantai pun akan mundur ke arah daratan hingga ratusan meter. Sementara itu, ribuan pulau kita tenggelam karena meningkatnya permukaan air laut. Hal yang paling ditakutkan adalah bencana kekeringan yang panjang akan terjadi di Afrika dan Asia.

Benarkah Bumi sudah renta? Mungkinkah malapetaka itu benar-benar akan terjadi? Ada baiknya kita membuka kembali awal mula terciptanya Bumi dan kehidupan yang ada di atasnya. Dengan demikian, kita menyiapkan antisipasi yang nyata terhadap bencana yang akan datang.

Tuhan menciptakan Bumi tidak dengan sia-sia. Meskipun kita tidak tahu kapan Bumi ini diciptakan secara pasti, para ahli mampu membuka tabir misteri proses penciptaan Bumi dan seluruh isinya. Bahkan, sejak manusia diduga mendiami Bumi ini pun para ahli mampu melacaknya. Selain itu, para ahli juga bisa dengan mudah membuktikan bahwa perubahan bentuk permukaan Bumi dan kerusakan atau bencana yang terjadi di atas Bumi juga karena ulah manusia. Oleh karena itu, kita harus meningkatkan kesadaran terhadap perlunya menjaga kelestarian Bumi dan mengembangkan bangkitnya gerakan cinta Bumi.

Penulis: Waluyo, Suwardi, Agung Feryanto, dan Tri Haryanto
Untuk: SMP Kelas 7 Pejaran Geografi
Bab: Lingkungan Kehidupan Manusia
 
Copyright © Sumber Pelajaran SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK